Sunday, February 04, 2007

Dilema nama (?) Tidak juga ....

Suatu Sabtu pagi di awal2 spring 2005, saat sulung saya Haneef duduk di Kindergarten. Anak2 masuk ke kamar kami dan seperti biasanya ... mereka bertingkah selayaknya anak2 usia mereka. Waktu yang tepat untuk bermalas2an, udara di luar cerah, daun2 mulai bersemi, burung2 mulai bebas berterbangan Meskipun tidak dapat mendengarkan kicaunya, dengan melihat gerakan2 mereka, kami dapat memastikan mereka sangat menikmati suhu udara yang mulai menghangat. Tiba2 kami dikejutkan dengan pertanyaan Haneef ;

Haneef: "Mommy, why is my name different from other kids' names, I mean, different from my friends' names?"
Mommy: "What are your friends' names, Son ?" *pertanyaan yang bodoh, keluar begitu saja*
Haneef : "Mathew Cone, Sam Harper, Ben Shirley, Judge Alexander, Shane Sullivan, Alex Chan, Thomas Thompson. etc., etc." *hanya menyebutkan nama2 teman lelaki*
Mommy: "Wait a minutes, Alex Chan is different."
Haneef : "Yeah, but everybody still calls him 'Alex' and that seems pretty usual."
Mommy: *thinking harder*
Tiba2 ingat, last name saja yang beda, dan panggilannya tetap Alex.
Mommy: "How abouuuuuut' Thomas, he has different skin color hasn't he?" *Thomas is one of the black kids in Haneef’s school.*
Haneef: "But mommy, still his name ‘Thomas’ sounds the same as others."

Sebenarnya kami mengerti arah pertanyaannya, hanya saja saya tidak siap dengan jawabannya. Ayahnya'pun cukup kaget. Mendadak euy ! Banyak anak2 berasal dari berbagai negara di sekolahan Haneef, dari Jepang ada cukup banyak sepengetahuan saya. Untuk anak seusia Haneef yang baru memasuki lingkungan baru dan belum begitu mengerti kalau teman2 dari kelas lain ada yang memiliki nama berbeda, perbandingan yang ada adalah nama dia dengan nama2 siswa lain di kelasnya, atau sebagian besar nama yang ia tahu dan dengar.

Daddy: "Do you want to change your name? OK ... from now on, we will call you BILLY BOB, how's that?" *tiba2 ayahnya ikut nyeletuk*
Haneef: "No, I don’t want to be called 'Billy Bob'. It’s sounds like part of kiddie stuff, like “Bob, the Builder” or something."
Daddy: "So ... what do you want your new name to be, Son?"
Haneef: "Daniel ... or something like that."
Daddy: "OK ... deal ! From now on, we are going to call you DANIEL. Now ... tell me how to spell Daniel ?" *dasar ayahnya, Kindergarten kan memang masa2nya mengeja ... sedikit2 dikaitkan dengan ini*.
Haneef: "D ... a ... n ... i ... e ...l ..."
Daddy: "Good job, son ! OK ... your name is Daniel now, happy ?"
Haneef: *Sudah menghilang entah ke mana untuk main2 lagi*

Beberapa saat kemudian, saatnya untuk benar2 melakukan pekerjaan rumah dengan harapan bisa keluar setelahnya, menikmati suasana luar, sukur2 bisa groceries shopping setelahnya. Saya masuk dapur ... membersihkan lantai untuk kemudian melihat2 apa yang perlu dibeli hari ini. Di ruang lain mulai terdengar suami mengaktifkan vacuum cleaner ... di tengah dengungan suara vacuum, saya mendengar suami memanggil2 ...

Daddy : "Danieeeeeeeeeeel' ... time to take a shower !"
Daddy : "Danieeeeeeeeeeel' .... Danieeeeeeeeeelllll ... Danielllllllllllllllllllll ..." *tetap tidak ada jawaban*
Daddy : *Mematikan suara vacuum dan menurunkan volume suaranya.* "Haneef ... time to take a shower son!"
Haneef: *tiba2 sudah di depan ayahnya*
Daddy : "Why didn't you answer me when I called you ?"
Haneef: "I did not hear you call my name."
Daddy : "Yes, I did call you ...a couple of time, Mr. Daniel !"
Haneef: "But ... that is not my name ..."
Daddy : "I thought we already made an agreement, changing your name to Daniel."
Haneef: "I forgot ... and I am not used to it."
Daddy : "So ... what do you want for your name now, Daniel or Haneef ..."
Haneef: *thinking* "I choose Haneef."
Daddy : "Why ?"
Haneef: "Becauseeeeee ... that is my real name. It sound different but I am used to it."
Mommy: *ikut bergabung ... ahhh semakin hangat saja*
Daddy : "I’m glad that you like the name 'Haneef', but don’t just like it because you’re used to it. I want you to like your name because you know its meaning and context and are proud of it."

Tiba2 antara saya dan suami berpandangan, setelahnya saya rengkuh Haneef dan saya dudukkan di dekat saya ...

"Haneef, I want to explain something to you, Son. Before you were born, your Daddy and I were really confused about what to name you. Of course, there are lots of names to choose from: there are old-fashioned names, there are some very ‘modern’ names too. And, there are many which seem unique or unusual. But we wanted to give you a name that reflected what we wished for you to be as you grew up to be a man. So, we chose the name “Haneef” for you, which means “True Believer.” We also gave you a middle name after your grandfather, to honor him and keep his thoughts with us forever. And, of course, your last name comes from your Daddy and which is the name of our beloved Prophet (SAW)."

Haneef: "Ohhh .... I like it now." *sambil berjalan ke kamar mandi dengan wajah lebih cerah*

Kami berdua hanya bisa geleng2 kepala. Bicara nama memang tidak pernah ada habisnya. Saya sendiri memiliki pengalaman akan hal ini. Saat tiba di sini, setiap berkenalan dengan penduduk asli, saya harus mengulang, bahkan mengeja huruf per huruf nama saya ... diakhiri dengan bagaimana pronounciationnya. Meski'pun berkali2 ... ada saja yang masih salah2. Jika rekan2 saya memanggil dengan Dantee atau Tantee, adalah hal biasa. Lama kelamaan, setelah beberapa kali saya sebutkan nama saya dengan sedikit tekanan, tentunya ... mereka'pun merubahnya menjadi Tanti. Perlu waktu memang. :) Ada beberapa yang memanggil saya dengan jalan pintas, TA dari initial saya. Pada akhirnya menjadi Tanti setelah beberapa lama. Ahhh senangnya ! Tetangga dan yang lainnya'pun terbiasa juga.

Pengalaman lain. Senangnya bukan kepalang saat saya menemukan nama Indonesia, cenderung ke Jawa di list pegawai di perusahaan tempat saya bekerja. Trisno Sapardi ... di dapan mata sudah terbayang seorang Bapak2 Jawa. Ahhh... akan ada teman sebangsa, se-Jawa pula. *mainannya ras, yah pengen ada lawan bahasa Ibu kan?* Apalagi di lingkungan kerja saya, kira2 90% orang sini, 10% mixed dari berbagai negara, mayoritas Jepang ... akan ada teman seasal ? *mata berbinar2*. Apa yang terjadi setelah saya berhasil menemukan sosoknya ? Jauh dari perkiraan. Yang ini bukan orang Indonesia, cenderung Jawa seperti yang ada dalam bayangan saya. Akan tetapi ... sangat tinggi, putih bersih dengan rambut berwarna gelap. Tidak ada Indonesia2nya apalagi Jawanya. Eehhh, matanya agak2 seperti orang Jepang ding. Bisa berbahasa Indonesia apalagi Jawakah ? Tentu saja tidak ... English seperti yang lainnya. Ahhhh ... buyarlah harapan saya. :D

Suatu hari suami bertanya2 setelah menemukan name card di coat saya, saat akan mencuci pakaian. Kasian yah, suami bertugas mencuci dan uplek di laudry room ? Hal biasa di sini, berbagi pekerjaan rumah dan saling tahu porsinya. Bingung bercampur ingin tahu, sedikit2 cemburu mungkin *GR* dipertanyakan siapa Faisal Bakrie, nama yang tidak familiar untuk lingkungan kerja saya. Mengalirlah dari mulut saya, tentunya dengan nada gembira. Bermula dari sebuah meeting yang dihadiri perwakilan dari beberapa department. Saya salah satunya. Seperti meeting2 yang ada, biasanya banyak dihidangkan makanan2 ringan, minuman bersoda, kopi dan teh sebagai selingan ehhh ... sebagai pengganjal perut. Saya ingat dengan pasti saat itu bulan Ramadhan dan saya sedang berpuasa. Tiba2 dari arah yang berbeda saya mendengar seseorang berbicara cukup keras untuk didengar, "NO THANK YOU. I AM FASTING." Tiba2 pula saya terjaga dari rasa kantuk, puasa ? Hari gini dan di sini ? Saya tidak sendirian ? Selesai meeting, saya temui pemilik nama ini di hallway ... bincang2 sebentar ... dan guess what ? Brother Faisal ini kemudian berteman dekat dengan suami saya karena sering bertemu di mesjid dan brother ini juga principal di sekolah Minggunya Haneef.

Ada teman yang saya kenal saat belajar bahasa, belasan tahun yang lalu di Jakarta. Waktu memperkenalkan diri, wanita tinggi langsing dan cukup menarik ini mengulurkan tangannya dengan hangat. Menyebut namanya, "Inten". Terdengar sedikit lain sampai akhirnya saya memutuskan, hal yang biasa. Bukankah salah seorang mantan pemimpin tinggi negara kita sudah biasa mengganti akhiran 'kan' dengan 'ken' ? Yang ini mungkin saja ... 'tan' jadi 'ten'. Saat pemilik nama dipanggil dengan nama lengkap, yang lain'pun terkesiap. 'JUMINTEN'. "Ahhh ... mungkin saja orang tuanya menginginkan nama yang simple untuk anaknya, sesuai dengan pemikiran mereka yang simple saat jabang bayi mulai menikmati udara di luar kandungan", demikian pikir saya. Mengganti panggilan yang ada dengan Inten ... tetap hal yang biasa, toh masih bagian dari nama yang ada. Saya'pun bisa memaklumi di kemudian hari pemilik mengganti nama yang ada dengan Intan Aprilia, masih sedikit berdekatan dengan nama aslinya bukan ? Hanya ditambahkan dengan bulan kelahiran yang diberi sedikit tambahan agar berkesan lebih feminin. Saya tahu dan bicara padanya, pemilik tidak pernah malu dengan nama asli yang disandangnya ... tidak! Hanya saja dengan mengganti namanya, lebih memudahkannya bertemu client2 yang ada ... tidak ada lagi pandangan mata 'gimana' saat bertemu muka dengan pemilik nama. Siapa sangka kalo Inten atau Intan ini kemudian menjadi seorang yang sangat mandiri dan berperan di lingkungannya. Masih terekam jelas pada ingatan saya, saat saya lompat dari satu bis kota ke bis kota yang lain, seringkali diselingi taxi agar sampai tujuan tepat pada waktunya, atau menggunakan kendaraan milik perusahaan, Intan telah di belakang kemudi kendaraan terkini pada masanya, menempati rumah di Pamulang pada saat itu, 2 kavling sekaligus yang diambilnya. Sedangkan saya, menatap takjub, sesekali ikut menikmati keberhasilan kawan ini dengan menumpang kendaraan atau datang ke rumahnya. Ahhh ... kenapa sih nama seseorang masih dipermasalahkan ? Atau karena hari gini ... dimana nama2 sudah semestinya suatu rangkaian kata2 indah yang memiliki irama saat didengar telinga, yang sedikit sumbangpun pada akhirnya dipermasalahkan ?

Bagi saya, nama seseorang mudah2an tidak akan merubah pandangan saya akan pemiliknya. Tidak ada orang yang menginginkan namanya tidak terdengar indah. Tidak ada pula yang menginginkan jadi bahan olok2an sekitar ... apalagi menimbulkan picingan mata atau kernyitan di dahi. Sudah seyaknya menghargai pemilik nama, bagaimana'pun terdengarnya. Setiap nama sudah pasti yang terbaik bagi orang tua atau pemberi identitas ini. Sebagai penikmat nama mereka bila kebetulan mengenal pemiliknya, tentunya kita tidak tahu pasti situasi yang dihadapi orang tua saat memberikan nama tersebut. Nama Ribut, bisa saja ada saat anak dilahirkan dalam suasana angin ribut di luar ruang persalinan. Untuk memudahkan orang tua mengenang saat kejadian, sedih dengan gemuruhnya angin di luaran, bahagia dengan kehadiran buah hati yang dinanti2. Pun tidak perlu terdengar suara, "Ahhh ... anaknya cungkring dan nggak mutu kok namanya Richard Gere" atau "Orang biasa2 kok ... namanya hebat2 kebarat2an." Kalau sampai ada pernyataan demikian, yang perlu dipertanyakan kan ... "Siapa yang tidak ingin cakep dan memiliki nama bagus. Apa sebenarnya yang membedakan orang biasa dan tidak biasa ini?"

Nama2 yang terdengar berbeda, yang terkadang menggelitik telinga sebagian orang sebenarnya tidak hanya banyak ditemui di negeri tercinta. Di sini, di mana semua orang bisa menamakan anaknya sesuai keinginan mereka tanpa menjadi olok2 atau bisik2 tetangga, pantas atau tidaknya nama tersebut untuk penyandangnya, seringkali saya mendengar nama2 ... kebanyakan last name yang terdengar cukup menggelitik telinga. Bayangkan jika menemukan nama Christine Little, saat berhadapan langsung dengan pemilik nama, adalah seseorang dengan size yang besar, mungkin hampir 2 kali ukuran saya, di mana letak littlenya ? Atau ... Deedee LittleJohns ... saat mendengar lewat microphone seperti 'daddynya si little John' ... loh ada apa coba si ayah dibawa2? Dokter pribadi suami adalah Dr. Joseph Payne (saya selalu meledek suami dengan menekankan last namenya menjadi Pain ... tidak dengan maksud apa2 tentunya, percakapan iseng suami istri), lantas saya bilang, "Instead of Dr Pain, kenapa nggak pilih Dr Feelgood ... toh niatnya ke sana untuk membantu kita merasa baikan bukan ? Atau pindah ke dokter saya ... Dr. Kuhl (baca : cool :D)" Di wilayah tempat kami tinggal, kami sering berpapasan dengan papan nama, tertera 'Dr. Heiny' ... yang dalam bahasa slanknya berarti 'your bottom'(maaf) ... but, "Hey ... people still respect and come to her despite her name." Imagine this ... seseorang yang terkenal dengan nama General Doolittle, bagaimana beliau jadi seorang jenderal bahkan 'a very respected militery man' kalau hanya mengerjakan sedikit dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya ? :D

Masih berhubungan dengan nama, di sebuah store di sini, entah mengapa jika saya membayar belanjaan saya dengan debit card atau credit card (yang ini coba saya hindari, nambah utang nambah puyeng euy!) selalu juga ditanyakan identity card yang biasanya langsung saya berikan 'driver's licence' saya ... dan selalu saja mereka mempermasalahkan last name di licence dengan di card yang berbeda meski'pun sudah berkali2 saya jelaskan yang satu dengan last name sebelum nikah dan yang lain setelahnya ... tapi mereka selalu lupa, lagipula untuk apa juga mereka mengingatnya ... customers lain banyak dan siapakah saya yang hanya datang sekali dua ke tempat tersebut dikarenakan harga2nya yang cukup mahal.Dengan beberapa kali kejadian tersebut, sayapun hingga saat ini tidak pernah berkeinginan untuk mengganti nama di 'driver's licence' saya untuk disamakan dengan dokumen2 lain yang ada ... toh tidak merugikan, kecuali kalo ke store yang satu itu ... yang lebih memerlukan sedikit banyak waktu ... dan ... "Hey ... photograph di licence tersebut kan ... masih photograph 10 tahunan lalu, masih tampak segar dan sedikit berponi, kenapa juga harus diganti dengan yang sekarang ... yang tentunya tampak jauh berbeda. Nggak ngaruh yah ? :D Yang ada sih ... saat memperpanjangnya, saya lakukan online ... jadi tidak diperlukan photo terbaru ... tetap dengan photo lama sesuai yang ada di file mereka.

Sudah senangkah dengan nama2 kita atau yang kita berikan ke anak2 ? Saya cukup senang meski'pun kadang merasa aneh dengan nama saya, ada penggalan yang berasal dari nama bapak, tidak saya saja ... bahkan setiap anak memilikinya, turun ke cucu ... untuk nama Haneef dan Rayhan, penggalan itu tetap saya sisipkan di middle name mereka (tidak dapat membayangkan apa yang ada di benak bapak kalau sampai saya tidak mengikuti tradisi ini meski'pun saya tahu ... ini bukan keharusan), selain itu ... rasanya sudah cukup puas, tidak ingin suatu saat menggantinya. Mudah2an Haneef atau Rayhan juga tidak ... apalagi Haneef semakin mengerti akan diversity setelah berada langsung di lingungan berbeda, lingkungan sekolahnya yang mayoritas orang sini, lingkungan sekolah Minggunya yang mixed dari berbagai asal dengan nama2 yang ada tidak jauh berbeda dan semakin lama semakin familiar terdengar di telinganya. Aahhhh ... diversity memang indah. Setiap individu memang unique dengan kelebihan dan kekurangan mereka. Dalam suatu kebersamaan, hal ini saling mengisi dan menjadikan keindahan yang ada semakin semarak dan berwarna. ;)